Project Based Learning Hidroponik, menurut tema yang menan tang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, menuntaskan persoalan, mengambil keputusan, atau kesibukan investigasi; memberikan peluang terhadap siswa untuk berprofesi dalam jangka waktu waktu yang sudah dijadwalkan dalam menciptakan produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999).
Proyek terurai menjadi sebagian tipe. Stoller (2006) mengemukakan tiga tipe proyek menurut sifat dan urutan kegiatannya, adalah: (1) proyek terencana , diatur dan dibatasi oleh guru dalam hal topik, bahan, metodologi, dan presentasi; (2) proyek tak terencana didefinisikan secara khusus oleh siswa sendiri; (3) proyek semi-terencana yang didefinisikan dan dibatasi beberapa oleh guru dan beberapa oleh siswa.
Memperluas pengertian di atas Stoller (2006), mendefinisikan Pelajaran Berbasis Proyek sebagai pelajaran yang memakai Proyek sebagai media dalam pelaksanaan pelajaran untuk menempuh kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembela -jaran berlokasi pada kesibukan-kesibukan siswa untuk menciptakan produk dengan menggunakan keterampilan meneliti, mengkaji, membikin, hingga dengan mempresentasikan produk pelajaran menurut pengalaman kongkrit. Produk yang dimaksud yaitu hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam format desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Via penggunaan Pelajaran Berbasis Proyek, siswa akan berlatih merencanakan, mengerjakan kesibukan layak agenda dan menonjolkan atau melaporkan hasil kesibukan.
Format kesibukan proyek terdiri dari (1) Proyek produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video, program radio, poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku tutorial, brosur, menu banquet, jadwal perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek performa seperti pementasan, presentasi verbal, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion show ; (3) Proyek organisasi seperti penyusunan klub, kategori disku-si, atau program-mitra percakapan. Lebih lanjut, berdasarkan Fried-Booth (2002) ada dua tipe proyek adalah (1) Proyek skala kecil atau simpel yang cuma menghabiskan dua atau tiga pertemuan. Proyek ini cuma dilaksanakan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh yang memerlukan kesibukan yang kompleks di luar kelas untuk memecahkannya dengan jangka waktu lebih panjang.
Pengertian cara atau Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PBL) yaitu cara pelajaran yang memakai proyek/kesibukan sebagai media. Peserta ajar menjalankan eksplorasi, pengukuran, interpretasi, sintesis, dan info untuk menciptakan pelbagai format hasil belajar.
Pengertian Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL) yang yaitu teladan atau cara belajar yang memakai persoalan sebagai langkah permulaan dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru menurut pengalamannya dalam berkesibukan secara kongkrit. Pelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk dipakai pada situasi sulit komplek yang dibutuhkan peserta ajar dalam menjalankan insvestigasi dan memahaminya.
Via Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL), pelaksanaan inquiry diawali dengan menimbulkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan memberi bimbingan peserta ajar dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan pelbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada ketika pertanyaan terjawab, secara segera peserta ajar bisa memperhatikan pelbagai unsur utama sekalian pelbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam perihal sebuah topik dunia kongkrit, hal ini akan berharga bagi ketertarikan dan usaha peserta ajar.
Mengingat bahwa masing-masing peserta ajar mempunyai gaya belajar yang berbeda, karenanya Pelajaran berbasis proyekmemberikan peluang terhadap para peserta ajar untuk menggali konten (materi) dengan memakai pelbagai sistem yang bermakna bagi dirinya, dan menjalankan eksperimen secara kolaboratif. Pelajaran Berbasis Proyekmerupakan investigasi mendalam perihal sebuah topik dunia kongkrit, hal ini akan berharga bagi ketertarikan dan usaha peserta ajar.
Pelajaran berbasis proyek bisa dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pengajaran Berbasis Produksi” yang dimaksimalkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai lembaga yang berfungsi untuk menyiapkan alumni untuk berprofesi di dunia usaha dan industri sepatutnya bisa membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang diperlukan untuk berprofesi dibidang masing-masing. Dengan pelajaran “berbasis produksi” peserta ajar di SMK dikenalkan dengan suasana dan makna kerja yang hakekatnya di dunia kerja. Dengan demikian teladan pelajaran yang pantas untuk SMK yaitu pelajaran berbasis proyek.
Pelajaran Berbasis proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:
· peserta ajar membikin keputusan perihal sebuah kerangka kerja
· adanya situasi sulit atau tantangan yang diajukan terhadap peserta ajar
· peserta ajar mendesain pelaksanaan untuk memutuskan solusi atas situasi sulit atau tantangan yang diajukan
· peserta ajar secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola info untuk menuntaskan situasi sulit
· pelaksanaan evaluasi dilakukan secara kontinyu
· peserta ajar secara terjadwal menjalankan refleksi atas kesibukan yang telah dilakukan
· produk akhir kesibukan belajar akan dinilai secara kualitatif, dan
· kondisi pelajaran amat toleran kepada kekeliruan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pelajaran berbasis proyeksebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk menerima hasil yang maksimal layak dengan energi daya pikir, kreasi dan penemuan dari siswa. Adapun sebagian hambatan dalam implementasi cara Pelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
· Pelajaran berbasis proyek membutuhkan banyak waktu yang sepatutnya disediakan untuk memecahkan situasi sulit yang komplek.
· Banyak orang tua peserta ajar yang merasa dirugikan, sebab menambah tarif untuk menjelang system baru.
· Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur membatasi peran utama di kelas. Ini adalah suatu transisi yang susah, secara khusus bagi instruktur yang kurang atau tak merajai teknologi.
· Banyaknya kelengkapan yang sepatutnya disediakan, sehingga keperluan listrik bertambah.
Untuk itu dianjurkan memakai team teaching dalam pelaksanaan pelajaran, dan akan lebih menarik lagi jikalau suasana ruang belajar tak monoton, sebagian teladan perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kategori), laboratorium tables (ketika menjalankan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, pun ketika pembicaraan bisa dilaksanakan di taman, artinya belajar tak sepatutnya dilaksanakan di dalam ruang kelas.
Menurut urian diatas bisa disimpulan bahwa Pelajaran Berbasis Projek (PBP) yaitu kesibukan pelajaran yang memakai projek/kesibukan sebagai pelaksanaan pelajaran untuk menempuh kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pelajaran berlokasi pada kesibukan-aktivias peserta ajar untuk menciptakan produk dengan menggunakan keterampilan meneliti, mengkaji, membikin, hingga dengan mempresentasikan produk pelajaran menurut pengalaman kongkrit. Produk yang dimaksud yaitu hasil projek dalam format desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini membiarkan pesera ajar untuk berprofesi secara mandiri ataupun berkelompok dalam menciptakan produk kongkrit.
Kelebihan dan Kekurangan Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Kelebihan dan kekurangan pada penggunaan Pelajaran Berbasis Proyekdapat digambarkan sebagai berikut.
1) Kelebihan / Profit Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Meningkatkan semangat belajar peserta ajar untuk belajar, menunjang kecakapan mereka untuk menjalankan profesi penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kecakapan pemecahan persoalan.
Membikin peserta ajar menjadi lebih aktif dan sukses menuntaskan persoalan-persoalan yang rumit.
Meningkatkan kolaborasi.
Mensupport peserta ajar untuk memaksimalkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
Memberikan pengalaman terhadap peserta ajar pelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membikin jatah waktu dan sumber-sumber lain seperti peralatan untuk memecahkan tugas.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta ajar secara rumit dan dirancang untuk berkembang layak dunia kongkrit.
Melibatkan para peserta ajar untuk belajar mengambil info dan memperlihatkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia kongkrit.
Membikin suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta ajar ataupun pengajar merasakan pelaksanaan pelajaran.
2. Kelemahan Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Membutuhkan banyak waktu untuk memecahkan persoalan.
Memerlukan tarif yang cukup banyak.
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur membatasi peran utama di kelas.
Banyaknya kelengkapan yang sepatutnya disediakan.
Peserta ajar yang mempunyai kelemahan dalam tes dan pengumpulan info akan mengalami kesusahan.
Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kategori.
Dikala topik yang dikasih terhadap masing-masing kategori berbeda, dikhawatirkan peserta ajar tak dapat memahami topik secara keseluruhan
Untuk menuntaskan kelemahan dari pelajaran berbasis proyek di atas seorang pengajar sepatutnya bisa menuntaskan dengan sistem memfasilitasi peserta ajar dalam menghadapi persoalan, mengontrol waktu peserta ajar dalam memecahkan proyek, meminimalis dan menyediakan kelengkapan yang simpel yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang gampang dijangkau sehingga tak memerlukan banyak waktu dan tarif, menghasilkan suasana pelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta ajar merasa nyaman dalam pelaksanaan pelajaran.
Pelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk memaksimalkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Berdasarkan studi penelitian, Pelajaran berbasis proyek menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, tak jarang menyebabkan ketidakhadiran berkurang dan lebih sedikit persoalan disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berdialog dengan kategori orang, termasuk orang dewasa.
Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Dikala si kecil-si kecil bermotivasi dan antusias perihal apa yang mereka pelajari, mereka tak jarang menerima lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas ketertarikan mereka untuk mata pembelajaran lainnya. Antusias peserta ajar cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka sudah lulus percobaan.
C. Prinsip-prinsip Pelajaran pada Pelajaran Berbasis Proyek
Prinsip-prinsip Pelajaran Berbasis Proyek yaitu sebagai berikut.
a. Pelajaran berfokus pada siswa yang memakai tugas-tugas proyek pada kehidupan kongkrit untuk memperkaya pelajaran.
b. Tugas Proyek menekankan pada kesibukan penyelesaian proyek berasarkan suatu tema atau topik yang sudah diatur dalam pelajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan bisa dimaksimalkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan sebagian kompetensi dasar dalam suatu mata pembelajaran, atau gabungan sebagian kompetensi dasar antar mata pembelajaran. Oleh sebab itu, tugas proyek dalam satu semester diizinkan cuma satu penugasan dalam suatu mata pembelajaran.
d. Penelusuran atau eksperimen dilaksanakan secara otentik dan menciptakan produk kongkrit. Produk hal yang demikian berikutnya dikomunikasikan untuk mendapatkan respons dan umpan balik untuk pembetulan produk.
e. Pelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka bisa dilaksanakan di permulaan pada langkah penentuan proyek dan di akhir pelajaran pada pembentukan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek, serta evaluasi pelaksanaan dan hasil proyek
D. Langkah langkah progres Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Langkah langkah progres Pelajaran Berbasis Proyek bisa digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Langkah-langkah Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai berikut.
1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
Pelajaran diawali dengan pertanyaan esensial, adalah pertanyaan yang bisa memberi penugasan peserta ajar dalam menjalankan suatu kesibukan. Mengambil topik yang layak dengan realitas dunia kongkrit dan diawali dengan sebuah investigasi mendalam. Pendidik berupaya supaya topik yang diangkat relevan untuk para peserta ajar.
2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilaksanakan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta ajar. Dengan emikian peserta ajar diinginkan akan merasa “mempunyai” atas proyek hal yang demikian. Perencanaan berisi perihal regulasi main, pemilihan kesibukan yang bisa mensupport dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan sistem mengintegrasikan pelbagai subjek yang mungkin, serta mengenal alat dan bahan yang bisa diakses untuk menolong penyelesaian proyek.
3. Membentuk jadwal (Create a Schedule)
Pendidik dan peserta ajar secara kolaboratif membentuk jadwal kesibukan dalam memecahkan proyek. Kegiatan pada tahap ini antara lain: (1) membikin timeline untuk memecahkan proyek, (2) membikin deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta ajar supaya merencanakan sistem yang baru, (4) memberi bimbingan peserta ajar saat mereka membikin sistem yang tak berkaitan dengan proyek, dan (5) minta peserta ajar untuk membikin penjelasan (alasan) perihal pemilihan suatu sistem.
4. Memonitor peserta ajar dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pendidik bertanggungjawab untuk menjalankan monitor kepada kesibukan peserta ajar selama memecahkan proyek. Monitoring dilaksanakan dengan sistem menfasilitasi peserta ajar pada tiap-tiap roses. Dengan kata lain pendidik berperan menjadi mentor bagi kesibukan peserta ajar. Supaya memudahkan pelaksanaan monitoring, dihasilkan sebuah rubrik yang bisa merekam keseluruhan kesibukan yang penting.
5. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Pengevaluasian dilaksanakan untuk menolong pendidik dalam menilai ketercapaian standar, berperan dalam mengukur kemajuan masing- masing peserta ajar, memberi umpan balik perihal tingkat pemahaman yang telah ditempuh peserta ajar, menolong pendidik dalam membentuk taktik pelajaran selanjutnya.
6. Menilai pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pelaksanaan pelajaran, pendidik dan peserta ajar menjalankan refleksi kepada kesibukan dan hasil proyek yang telah dilakukan. Pengerjaan refleksi dilaksanakan bagus secara individu ataupun kategori. Pada tahap ini peserta ajar dipinta untuk menyuarakan perasaan dan pengalamanya selama memecahkan proyek. Pendidik dan peserta ajar memaksimalkan pembicaraan dalam rangka mengoreksi performa selama pelaksanaan pelajaran, sehingga pada alhasil ditemukan suatu inovasi baru (new inquiry) untuk menjawab situasi sulit yang diajukan pada tahap pertama pelajaran.
E. Tujuan Pelajaran Berbasis Proyek
Pelajaran Berbasis Proyek adalah cara pelajaran yang berpusat pada siswa dalam kesibukan pemecahan persoalan berhubungan dengan Proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pengerjaan Pelajaran Berbasis Proyek bisa memberi kesempatan pada siswa untuk berprofesi, mengkonstruk tugas yang dikasih guru yang pada puncaknya bisa menciptakan produk karya siswa.
Tujuan Pelajaran Berbasis Proyek yaitu sebagai berikut.
a. Mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pelajaran;
b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan persoalan proyek;
c. Membikin siswa lebih aktif dalam menuntaskan persoalan proyek yang rumit dengan hasil produk kongkrit berupa barang atau jasa;
d. Memaksimalkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk memecahkan tugas/proyek; dan
e. Meningkatkan kolaborasi siswa lebih-lebih pada Pelajaran Ber basis Proyek yang bersifat kategori.
Pelajaran Berbasis Proyek mempunyai kelebihan dalam hal: (1) meningkatkan semangat siswa untuk belajar, menunjang kecakapan mereka menjalankan profesi penting, (2) meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan persoalan, (3) menciptakan siswa lebih aktif dan sukses menuntaskan persoalan-persoalan yang rumit, (4) meningkatkan kolaborasi, (5) menunjang siswa untuk memaksimalkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi, (6) memberikan pengalaman terhadap siswa dalam mengorganisasi suatu Proyek, memutuskan jatah waktu dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk memecahkan tugas, dan (7) menyediakan pengalaman belajar siswa mengambil info dan memperlihatkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian mengimplementasikannya di dunia kongkrit.
Baca Juga :
- Penyemaian Selada Hidroponik
- Penyemaian Sawi Hidroponik Tanpa Rockwool
- Ppt Hidroponik Untuk Desa Kkn
- Referensi Tanaman Hidroponik Depan Rumah
- Rak Hidroponik Dari Pvc
F. Peran guru dan peserta ajar dalam progres Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Peran guru dan peserta ajar dalam progres Pelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1) Peran Guru
Merencanakan dan mendesain pelajaran.
Membikin taktik pelajaran.
Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
Mencari keunikan siswa.
Mengevaluasi siswa dengan sistem transparan dan pelbagai tipe pengukuran.
Membikin portofolio profesi siswa.
2) Peran Peserta Ajar
Mengaplikasikan kecakapan bertanya dan berdaya upaya.
Melaksanakan riset simpel.
Mempelajari inspirasi dan konsep baru.
Belajar memegang waktu dengan bagus.
Melaksanakan kesibukan belajar sendiri/kategori.
Mengaplikasikanhasil belajar melalui perbuatan.
Melaksanakan interaksi sosial (wawancara, kuesioner, perhatikan, dan sebagainya).
E. Cara Pengevaluasian dalam progres Figur Pelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pengevaluasian pelajaran dengan metoda Pelajaran berbasis proyek sepatutnya diakukan secara menyeluruh kepada sikap, pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan siswa dalam mengerjakan pelajaran berbasis proyek. Pengevaluasian pelajaran berbasis proyek bisa memakai teknik pengukuran yang dimaksimalkan oleh Sentra Pengevaluasian Pengajaran Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan adalah pengukuran proyek atau pengukuran produk. Pengevaluasian hal yang demikian bisa digambarkan sebagai berikut.
1) Pengevaluasian Proyek
a) Pengertian Pengevaluasian proyek
Pengevaluasian proyek adalah kesibukan pengukuran kepada suatu tugas yang sepatutnya dituntaskan dalam jangka waktu/waktu tertentu. Tugas hal yang demikian berupa suatu investigasi semenjak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Pengevaluasian proyek bisa dipakai untuk mengenal pemahaman, kecakapan menerapkan, kecakapan penelusuran dan kecakapan menginfokan peserta ajar pada mata pembelajaran tertentu secara terang.
Pada pengukuran proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, adalah:
a.1) Pengelolaan
Kesanggupan siswa dalam memilih topik, mencari info, dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
a.2) Relevansi
Topik, data, dan produk layak dengan KD.
a.3) Legalitas
Produk (seumpama laporan) yang diciptakan siswa adalah hasil karyanya, dengan menetapkan kontribusi guru berupa pedoman dan dukungan kepada proyek siswa.
a.4) Penemuan dan kreativitas
Hasil proyek siswa terdapat elemen-elemen kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari umumnya.
b. Teknik Pengevaluasian Proyek
Pengevaluasian proyek dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan proses, hingga hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu memastikan hal-hal atau level yang perlu dievaluasi, seperti pembentukan disain, pengumpulan data, analitik data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga bisa disampaikan dalam format poster. Pengerjaan pengukuran bisa memakai alat/ instrumen pengukuran berupa daftar cek maupun skala pengukuran.
Pengevaluasian Proyek dilaksanakan mulai dari perencanaan , pelaksanaan proses hingga dengan akhir proyek. Untuk itu perlu mengamati hal-hal atau level yang perlu dievaluasi. Pengerjaan pengukuran bisa juga memakai rating scale dan checklist.
2) Pengevaluasian Produk
a) Pengertian Pengevaluasian Produk
Pengevaluasian produk yaitu pengukuran kepada pelaksanaan pembuatan dan kwalitas suatu produk. Pengevaluasian produk mencakup pengukuran kecakapan peserta ajar membikin produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, baju, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk mencakup 3 (tiga) tahap dan tiap-tiap tahap perlu diadakan pengukuran adalah:
a.1) Tahap persiapan, mencakup: pengukuran kecakapan peserta ajar dan merencanakan, menggali, dan memaksimalkan gagasan, dan mendesain produk.
a.2) Tahap pembuatan produk (pelaksanaan), mencakup: pengukuran kecakapan peserta ajar dalam menyeleksi dan memakai bahan, alat, dan teknik.
a.3) Tahap pengukuran produk (appraisal), mencakup: pengukuran produk yang diciptakan peserta ajar layak kriteria yang diatur.
b) Teknik Pengevaluasian Produk
Pengevaluasian produk umumnya memakai sistem holistik atau analitik.
b.1) Sistem holistik, adalah menurut kesan keseluruhan dari produk, umumnya dilaksanakan pada tahap appraisal.
b.2) Sistem analitik, adalah menurut aspek-aspek produk, umumnya dilaksanakan kepada seluruh kriteria yang terdapat pada seluruh tahap pelaksanaan pengembangan.