Asal istilah hidroponik adalah hydroponic (English). Secara harafiah hidroponik merupakan metode/teknik bercocok tanam dengan media tanam berupa air yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman tanpa bantuan tanah. Hidroponik sebagai budidaya tanaman dimana kebutuhan air yang digunakan tidak sebanyak kebutuhan air pada budidaya konvensional atau budidaya tanaman dengan tanah sebagai media tanamnya.
Hidroponik sangat bisa dilakukan pada
lahan yang terbatas, bisa dilakukan di halaman rumah, dan juga cocok dilakukan
di perkotaan yang tidak memiliki lahan pertanian yang luas. Hidroponik bisa
digunakan untuk menanam sayuran, bunga, dan buah-buahan. Meskipun tidak semua
jenis buah-buahan yang bisa menggunakan metode ini. Hidroponik merupakan
alternatif untuk bercocok tanam di daerah yang memiliki pasokan air yang
terbatas karena efisien dalam penggunaan air.
Metode Dasar Hidroponik
Munculnya teknik/metode daripada hidroponik ini diawali dengan adanya perhatian terhadap pentingnya
kebutuhan pupuk bagi tanaman yang semakin tinggi. Pada umumnya petani
menggunakan pupuk pada berbagai jenis tanaman guna mendapatkan pertumbuhan dan
hasil yang bagus. Namun, dalam penggunaannya pupuk tidak selalu berdampak baik
untuk tanaman. Hal tersebut dikarenakan pupuk yang digunakan berasal dari pupuk
buatan dan pupuk alami.
Tanaman akan tetap tumbuh di mana pun tempatnya asala
kebutuhan nutrisi tercukupi. Kebutuhan nutrisi pada tanaman berupa unsur hara.
Pada proses bercocok tanam, tanah berfungsi sebagai penyangga tanaman dan air
sebagai pelarut nutrisi yang bertujuan untuk tanaman menyerapnya. Asal muasal
daripada tekni/metode ini lahir adalah karena hal tersebut. Di mana teknik atau
metode bertanam hidroponik mengutamakan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada tanaman atau tumbuhan.
Dengan adanya hidroponik
ini diharapkan menjadi solusi yang bermanfaat untu masa depan karena bisa
diperdayakan dengan kondisi lahan yang sempit dan terbatas. Hidroponik sebagai
alternatif pertanian yang mampu digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan
lahan yang mana setiap tahunnya terjadi penyempitan.
Sejarah Hidroponik
Sylva Sylvarum yang ditulis oleh Francis
Bacon pada 1627 merupakan buku yang berisi tulisan mengenai kegiatan budidaya
atau bercocok tanaman daratan tanpa media tanam berupa tanah. Di tahun 1699,
John Woodward menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni
tumbuh lebih baik daripada tanaman denga air dengan menerbitkan percobaan
budidaya air dengan spearmint (id.m.wikipedia.org).
Julius von Saches dan Wilhelm Knop, dua ahli botani
Jerman menyusun daftar sembilan elemen yang diyakini penting dalam pertumbuhan
tanaman pada 1842 silam. Pengembangan teknik/metode budidaya tanpa tanah kian
terpacupada 1859 – 1865. Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan
yang menekankan pada pemenuhan akan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman
menjadi titik fokus pada pengembangan teknik/metode tanam hidroponik.
Hidroponik menjadi teknik pembelajaran
dan standar penelitian serta masih banyak digunakan hingga sekarang. Dilansir
dari wikipedia.org solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert yang
merupakan media tanam tidak menyediakan unsur hara.
Seorang William Frederick Gericke dari Universitas
California di Berkeley mempromosikan dengan terbuka mengenai Solution Culture
yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian pada 1929. Istilah yang
petama kali ia gunakan adalah Aquaculture yang di Indonesia dikenal dengan
istilah budidaya perairan. Gericke menciptakan hal baru dengan menumbuhkan
tanaman tomat yang menjalar setinggi 25 kaki di halaman belakang rumahnya
dengan menggunakan larutan nutrien mineral selain air. Gericke menciptakan
istilah hidroponik pada 1937 sebagai
budidaya tanaman pada air (id.m.wikipedia.org).
Awal Mula Hidroponik
Definisi awal yang diciptakan oleh Gericke pertumbuhan
pada tanaman hidroponik menggunakan
larutan nutrien mineral. Hidroponik sebagai bagian daripada budidaya tanpa media
tanam tanah. Ahli fisiologi tanaman di Laboratorium Space Center Space Life
Science di Kennedy, yakni Ray Wheeler percaya hidroponik akan sangat berkontribusi pada kemajuan dalam perjalanan
luar angkasa karena disenyalir NASA memanfaatkan teknik/metode hidroponik pada program luar
angkasanya.
Macam-macam Hidroponik
·
Static Solution Culture
Merupakan budidaya hidroponik
menggunakan air statis di mana airnya tidak mengalir tetapi tetap
menggenang. Ini merupakan teknik/metode hidroponik
yang akar tanamannya secara terus-menerus tercelup dalam air pada wadah
yang berisi larutan nutrien.
Di indonesia teknik ini dekenal dengan istilah teknik
apung atau rakit apung. Teknik ini tergolong jenis hidroponik yang paling sederhana. Ukuran wadah yang digunakan
berbeda karena disesuaikan pada penggunaan dan ukuran dari tanaman. Jika hidroponik dilakukan hanya sebagai hobi
atau skala kecil, wadah yang bisa digunakan, semisal gelas, toples, ember, dan
bak air.
·
Aeroponik
Pada teknik aeroponik, akar pada tanaman dibasahi
secara berkala dengan cara disemprot atau dibasahi menggunakan butiran-butiran
larutan nutrien yang halus seperi kabut. Teknik/metode pada jenis hidroponik ini tidak memerlukan media
tanam, hanya memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar menggantung di udara
atau pertumbuhan pada ruang luas. Kelebihan yang utama pada teknik ini adalah
sifatnya yang aerasi secara sempurna.
Teknik ini juga sudah teruji dengan baik secara
komersial dalam perkecambahan biji, produksi tomat dan tanaman daun serta benih
kentang. Aeroponik dilakukan sebagai alternatif dari sistem pengairan hidroponik secara intensif. Keunggulan daripada Aeroponik
lainnya adalah tanaman aeroponik yang dijeda pembasahannya mampu menerima 100%
oksigen, dan karbon dioksida pada bagian daun, batang, dan akar yang tentunya
mempercepat pertumbuhan pada biomassa dan mengurangi waktu perakaran.
·
Continuous-flow
Solution Culture; NFT & DFT
·
Passive
Sub-Irrigation
·
EBB
& FLOW atau Floo and Drain Sub-Irrigation
·
Run
to Waste
·
Deep
Water Culture
·
Bubbleeponics
·
Bioponic
Media Tanam Hidroponik
Inert merupakan media tanam yang tidak menyediakan
unsur hara (nutrisi tanaman). Umumnya, inert sebagai media tanam yang berfungsi
sebagai buffer dan penyangga tanaman. Berikut beberapa contoh:
- Arang
sekam
- Spons
- Expanded clay
- Rockwool
- Sabut (coir)
- Perlite
- Batu apung
- Vermiculite
- Pasir
- Kerikil, dan serbuk kayu
Baca Juga :