SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT BERTINGKAT EBB AND FLOW
Memetik sayuran di kebun hidroponik sendiri? Dulu tak pernah terlintas di benak Dr Winny Sitompul. Namun, kini ia bisa menuai bayam, selada, dan beragam sayuran lain di halaman belakang rumah. semua itu berkat teknik hidroponik sistim EBB And FLow atau sistem pasang surut hidroponik.
Dengan sistem hidroponik Pasang surut bertingkat, dokter di sebuah rumahsakit di Bogor, Jawa Barat, itu memperoleh sayuran segar hasil budidaya dengan teknologi hidroponik.
Rak sayuran bertingkat itu sekaligus menghiasi rumah dr Winny Sitompul di Cilendek, Kotamadya Bogor. Pagi sebelum ke kantor ia sempatkan mengontrol perkembangan sayuran yang ditanam di pot. Demikian juga pada sore hari. Winny merasa senang menghadirkan teknik hidroponik sistem pasang-surut bertingkat empat. Oleh karena itu ia bermaksud menambah sebuah rak lagi.
Sistem hidroponik pasang surut (Ebb and Flow)
Sistem pasang surut adalah sistem hidroponik yang paling efisien dan cukup populer di dunia hidroponik. Keunggulan dari teknik ini adalah: Sistem tetes dan DWC dapat menjalankan pompa hingga 24 jam sehari, namun sistem wicking hanya efektif untuk menyiram tanaman kecil. Sistem hidroponik pasang surut, di sisi lain, menggunakan pompa secara sporadis sepanjang hari dan memberikan nutrisi yang cukup untuk tanaman terlepas dari jumlahnya.
Salah satu sistem hidroponik yang paling terkenal adalah Ebb and Flow atau biasa dikenal dengan istilah Flood and Drain. Sistem yang dapat beradaptasi di segala kondisi cuaca, relatif murah untuk diatur dan dipelihara.
Cara Kerja teknik Pasang Surut
Hidroponik pasang surut adalah metode menanam tanaman dengan cara membanjiri akar dengan air dan larutan kaya nutrisi secara teratur (ebb) dan kemudian mengalirkan larutan kembali ke reservoir untuk digunakan nanti (Flow). Air membanjiri tanaman Anda setelah jangka waktu tertentu, dan siklus (flood cycle) berulang lagi.
Premis dasarnya mirip dengan sistem lain di mana tanaman ditempatkan di nampan yang secara berkala disuplai dengan air kaya nutrisi yang didorong dari reservoir di bawahnya. Gravitasi digunakan untuk mengembalikan air ke reservoir sehingga dapat digunakan kembali.
Teknologi hidroponik Sistem Pasang surut bertingkat itu dikembangkan oleh Sudibyo Karsono dari Parung Farm, Bogor. Sudibyo menggunakan sistem pengairan pasang-surut. Larutan nutrisi dalam wadah primer dialirkan dengan pompa. Pada ujung saluran dipasang corong yang berfungsi sebagai penampung nutrisi sekunder. Di atas permukaan dasar corong itu diletakkan selada dan pakcoy yang ditanam dalam pot.
Ketika mesin pompa diaktifkan, larutan nutrisi memenuhi corong dan merendam pot. Saat terendam itulah tanaman mendapatkan pasokan nutrisi. Setelah larutan nutrisi merendam separuh tinggi pot, mesin pompa mati secara otomatis. Waktu yang diperlukan hingga pot terendam sekitar 1 menit.
Setelah itu, larutan pun perlahan surut. Semenit kemudian, corong kembali kosong. Lima menit berselang, mesin pompa kembali aktif dan nutrisi kembali merendam pot. Proses itu terus berulang. Oleh sebab itu, Sudibyo menyebutnya teknik hidroponik pasang-surut.
Cara Kerja Sistem Pasang Surut
Hidroponik nutrient film technique VS teknik hidroponik Pasang Surut
Sistem hidroponik hasil rancangan Sudibyo itu tak menyita banyak tempat. Satu unit hanya membutuhkan ruang sekitar 150 cm x 80 cm. Tinggi rak 200 cm.
Dengan sistem pengairan pasang-surut, hidroponik bertingkat memiliki beberapa kelebihan. Saat listrik padam, tanaman bisa tahan hingga 6 sampai 10 jam. Sedangkan teknologi hidroponik lain seperti nutrient film technique (NFT), sangat tergantung pasokan listrik yang berkelanjutan. Cara kerja NFT mengandalkan sirkulasi larutan nutrisi sehingga pompa harus menyala terus-menerus. Jika listrik padam, dalam 15 menit tanaman langsung layu.
Menurut Yos Sutiyoso, pakar teknik hidroponik di Jakarta, teknik pasang-surut sangat baik bagi respirasi akar tanaman. Saat pot tanaman terendam, gas-gas yang timbul akibat proses pembusukan pada media terdorong keluar lalu digantikan dengan oksigen yang baru.
Sayuran buah seperti tomat, mentimun, atau tanaman buah seperti melon, juga baik menggunakan teknik ebb and flow sebutan untuk teknik pasang-surut. “Bahkan lebih efisien,” ujar Yos. Pasalnya, interval perendaman lebih panjang yaitu setiap 2 jam sekali. Ketika malam hari, mesin pompa bisa dimatikan karena tidak terjadi fotosintesis sehingga tak perlu pasokan nutrisi melimpah.
Media reservoir Menggunakan Gentong
Selain itu, pembuatan instalasi sistem hidroponik bertingkat dengan Sistem Pasang surut cukup mudah. Wadah penampung larutan nutrisi primer (reservoir) menggunakan gentong tanah liat berkapasitas 50 liter. Hindari pemakaian reservoir berbahan plastik karena mudah menyerap panas. Jika suhu air meninggi, kadar oksigen berkurang. “Gentong tanah liat lebih dingin,” tutur ayah 5 anak itu.
Larutan nutrisi terdiri dari campuran pupuk A dan B. Pupuk A mengandung kalium, besi, kalsium, dan nitrogen. Sedangkan pupuk B mengandung fosfat, kalium, nitrogen, sulfur, magnesium, mangan, tembaga, seng, boron, dan molibdenum.
Kedua jenis pupuk itu dilarutkan dalam air dengan dosis masing-masing 5 cc/1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 28 pot tanaman, idealnya dibutuhkan 200 liter larutan. Harga pupuk A dan B masing-masing Rp2.500 per 300 cc.
Wadah penampung sekunder terbuat dari corong berdiameter 20 cm. Harga corong Rp2.000 per buah. Ujung corong dihubungkan dengan pipa saluran sekunder. Pada bagian dasar corong dilapisi spons. Tujuannya untuk menyaring kotoran atau arang sekam yang hanyut ketika larutan nutrisi surut.
Untuk mengaliri 28 pot yang tersusun 4 tingkat, dibutuhkan pipa PVC berdiameter 1 inci sepanjang 4 m. Pada setiap saluran yang menghubungkan saluran primer dengan sekunder dipasang keran. Tujuannya untuk mengatur debit aliran nutrisi.
Jika tidak diatur, rangkaian pot pada susunan terbawah akan lebih cepat luber ketimbang susunan di atasnya. Oleh sebab itu, keran pada saluran terbawah diatur pada debit terkecil. Saat nutrisi dialirkan, keempat susun tergenang merata.
Distribusi larutan nutrisi menggunakan teknik hidroponik sederhana
Untuk mengalirkan larutan nutrisi digunakan mesin pompa berkekuatan 35 watt atau pompa akuarium. Satu unit pompa sanggup mengaliri 4 set sistem hidroponik bertingkat. Lebih dari itu, jumlah pompa harus ditambah atau gunakan mesin pompa berkekuatan lebih tinggi.
Agar kokoh, rak sebaiknya dibuat dari besi. Panjang rak 150 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 200 cm. Rak bisa dipesan ke tukang las. Harga satu set rak besi bersusun 4 Rp750.000. Jika ingin lebih hemat, gunakan rak bambu atau kayu. Namun, daya tahannya hanya 2 tahun. Sedangkan rak besi mencapai 10 tahun.
Untuk mengatur waktu pasang-surut larutan nutrisi, digunakan timer yang dihubungkan dengan saklar. Timer memiliki dua panel. Satu panel untuk mengatur waktu nyala mesin pompa. Panel yang satunya berfungsi sebaliknya. Untuk sayuran daun seperti selada dan pakcoy, waktu mesin mati diset selama 5 menit. Sayuran buah seperti tomat dan mentimun, bisa diset selama 2 jam.
Pada bagian atas rak dipasang atap berbahan fiber glass. Tujuannya untuk melindungi tanaman dari air hujan. Jika tidak dinaungi, air hujan yang masuk akan mengencerkan larutan nutrisi sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jika ingin hemat, atap dibuat dari bahan plastik polikarbonat. Namun, daya tahannya hanya 3 bulan.
Sistem hidroponik Pasang surut cocok untuk hobiis. Maklum, biaya pembuatannya hanya Rp2,5-juta per unit dengan kapasitas 28 tanaman. Jumlah itu tentu saja kurang ekonomis jika digunakan untuk tujuan komersial. Meski begitu, hidroponik bertingkat memiliki faedah luas. Jadi, hidroponik tak hanya milik para pekebun. Anda pun bisa menikmatinya di halaman rumah seperti yang dilakukan dr Winny Sitompul.