Hidroponik Mahal Karena Eksklusif dan Teknologi Tinggi
Berharap tau apa yang bisa meredam amarah Tri Rismaharini? Terbukti mudah. Sodorkan saja tanaman hijau, spontan emosional Wali Kota Surabaya ini berubah senyum. Paling tidak itulah kesan yang dialami anggota Sosial Hidroponik Surabaya (KHS) saat melihat Risma naik pitam ketika menyaksikan sampah di zona Car Cuma-cuma Day (CFD) di Jl Raya Darmo Surabaya.
Sampah berserakan itu memang bukan bikinan member KHS, melainkan warga Surabaya yang sedang menikmati suasana CFD, Pekan (22/2) pagi itu. Kebetulan sejumlah member KHS sedang memamerkan tanaman hasil panen mereka tidak jauh dari posisi Risma yang ngamuk.
Tetapi, sorot mata emosionil Risma berubah redup dikala menyaksikan Kiptiyah, salah seorang anggota KHS sedang mengontrol seikat sayur slada yang masih segar. “Selamat pagi, bu. Silakan mampir, ini hasil panen dari kebun teman-teman KHS,” sapa Kiptiyah dengan bunyi ragu lantaran khawatir Risma masih menaruh amarahnya.
Rupanya, wanita yang senantiasa peduli pada kebersihan kota Surabaya ini langsung menampakkan antusiasnya dengan menghampiri stan KHS. Kans itu pun tidak dilewatkan begitu saja oleh Kiptiyah untuk promosi.
Risma sungguh-sungguh serius mendengarkan paparan perempuan yang akrab disapa Tya itu perihal kiprah KHS semenjak komunitas ini berdiri sekitar setahun belakangan. Apalagi saat dijelaskan bahwa sayur yang dipajang di stan KHS itu bisa ditanam di area pelataran rumah yang sempit dan tidak memakai tanah sebagai media tanam.
Padahal membikin Risma semakin tertarik yaitu tanaman hal yang demikian tak hanya membikin lingkungan perumahan jadi makin hijau, namun bisa jadi santapan sehari-hari. “Dijamin sehat sebab tanpa pestisida. Dan tanaman ini tentu bisa mengurangi anggaran belanja lantaran sudah tersedia di kebun sendiri,” papar Tya.
Sejak permulaan Februari lalu KHS memajang hasil panen anggotanya di area CFD. Tidak dikira, respons masyarakat amat bagus. Terbukti, sayuran yang dipajang diminati dan seketika dibeli warga Surabaya yang sedang menikmati suasana segar tanpa polusi di sepanjang jalan protocol itu.
Green House
Tidak hanya Tri Rismaharini. Aksi anggota KHS ini sempat pula bikin terkejut Mark Proffit, ekspatriat asal Amerika yang kebetulan sedang jalan-jalan merasakan atmosfer CFD.
“Di Indonesia hidroponik bisa jadi komunitas? Di Amerika, (hidroponik) ini dilaksanakan secara eksklusif! Tidak semua orang dapat lihat,” cetus Mark.
Konsultan di sebuah perusahaan swasta di Surabaya Barat ini makin heran waktu diberitahu sayur-sayuran yang dipamerkan tiap-tiap Pekan di area CFD itu yakni hasil panen dari kebun di rumah anggota KHS. “Menurut sungguh-sungguh menarik, karena di luar negeri hidroponik senantiasa di zona green house dan dilakukan dengan teknologi tinggi,” sebutnya menambahkan.
Tetapi Mark, tanaman yang dipajang di zona CFD itu persis sama seperti sayuran hidroponik di negerinya. “Ya sama di sana (Amerika) juga ada slada dan sawi. Juga ada buah-buahan hidroponik. Padahal bikin beda, di sini (Indonesia) bisa jadi sebuah kelompok sosial dan gerakan massal,” katanya.
Komentar Mark itu bagi member KHS bukan hal baru. “Di grup KHS yang kami bikin di facebook juga ada anggota dari Amerika dan Malaysia. Mereka ini silent reader. pernah inbox ke aku dan menyuarakan keheranan seperti yang disampaikan Steve,” ungkap Tya.
Ditekankan Tya, sama sekali salah apabila ada pendapat menanam hidroponik itu mahal. “Sedangkan bikin mahal itu tadi, sebab eksklusif dan pakai teknologi tinggi. , hidroponik dapat dijalankan dengan metode sederhana dengan hasil yang sama enaknya,” tutur mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo Surabaya ini.
https://surabaya.tribunnews.com/2015/03/06/hidroponik-mahal-karena-eksklusif-dan-teknologi-tinggi